06 August 2007

Kitab-Kitab Taurat

Sejak panggilan Abraham (tahun 1900 SM) sampai pembuangan Babel (tahun 586 SM), orang Israel berkembang dari suatu keluarga nomade liar (bdk Hak 17:6; 21:25) menjadi suatu kerajaan berdaulat tertib (bdk 1 Sam 8:10-18). Dalam proses perkembangan itu, orang Israel banyak belajar dari bangsa-bangsa lain yang sudah lebih dahulu hidup teratur berdasarkan hukum (bdk 1Sam 8:4-5.19-20). Kebanyakan hukum itu berasal dari hukum adat sehari-hari (bdk Kel 18:13-27), tetapi kemudian diundangkan menjadi hukum Tuhan yang mengikat semua orang Israel (bdk Kel 20:1-17; Ul 5:1-22). Semua pengajaran ini dituliskan dan dikumpulkan, sehingga sesudah pembuangan Babel telah terbit “kitab Taurat Musa” edisi sederhana (bdk Neh 8:2).

Dalam perjalanan sejarah bangsa Israel, Kitab Taurat Musa tersebut kemudian mengalami perkembangan dengan penambahan sejumlah keterangan atau penjelasan (bdk Neh 8:9). Sering pula ditambahkan sejarah asal usul hukum Taurat itu, sehingga akhirnya peraturan sering bercampur dengan ceritera (bdk Ul 6:20-25). Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, ceritera sejarah lebih dominant daripada peraturan hukum (bdk Ul 26:5-10); Yos 24:2-13; Neh 9:6-31; Ydt 5:6-19).

Perkembangan ini baru berhenti ketika para ahli Taurat berkumpul di Yamnia untuk menetapkan kanon Kitab Suci orang Yahudi (tahun 90 M). Sejak saat itu, Kitab Taurat Musa dikenal dengan nama “Pentateukh”, yang berarti “Lima Kitab”, yaitu: Kejadian, keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Dalam bentuk baku ini, Pentateukh kini berupa suatu kisah panjang mengenai sejarah bangsa Israel mulai dari penciptaan dunia bdk Kej 1;1-:4a) sampai dengan kematian Musa (bdk Ul 34:1-12).

a. Kitab Kejadian
Kitab ini berisi kisah mengenai kejadian dunia dan manusia purba (Kej 1-11), kemudian dilanjutkan dengan kisah mengenai asal usul bangsa Israel mulai dari panggilan Abraham sampai dengan kematian Yusuf (Kej 12-50). Dalam kitab ini, janji Allah kepada Abraham dan keturunannya bahwa mereka akan menjadi bangsa besar yang berkuasa dan termasyur berulang kali ditegaskan (bdk Kej 12:2-3.7; 13:14-16; 15:5.18-21; 17:3-8; 18:17-18; 22:15-18; 26:2-5.24; 28:13-15; 35:11-12; 46:3-4).

b. Kitab Keluaran
Kitab ini berisi kisah mengenai pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir (Kel 1-15), kemudian dilanjutkan dengankisah mengenai perjalanan mereka di padang gurun (Kel 16-40). Dalam kitab ini, dilukiskan perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel di gunung Sinai (bdk Kel 19-20; 34), dan pendirian Kemah Suci sebagai tempat ibadat (bdk Kel 40:1-38).

c. Kitab Imamat
Kitab ini berisi kisah mengenai pemakluman perintah Tuhan kepada bangsa Israel dari dalam Kemah Suci (bdk Im 1:1; 27:34). Kebanyakan perintah itu berisi peraturan mengenai korban persembahan (bdk Im 1-7), hari raya (bdk Im 16; 23; 25), petugas ibadat (bdk Im 8-10), dan kewajiban ritual mengenai kekudusan hidup (bdk Im 11-15; 17; 24; 27). Dalam kitab ini, sangat ditekankan keharusan bangsa Israel hidup kudus sesuai dengan perintah Allah (bdk Im 18-22).

d. Kitab Bilangan
Kitab ini berisi kisah lanjutan mengenai perjalanan bangsa Israel di padang gurun sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan (bdk Bil 33:1-49). Dalam kisah perjalanan ini juga disisipkan sejumlah peraturan bagi bangsa Israel (bdk Bil 36:13). Kitab ini disebut “bilangan” karena memuat banyak catatan mengenai jumlah bangsa Israel beserta pasukan mereka (bdk Bil 1:1-54; 26:1-65). Kitab ini juga memuat kisah mengenai Bileam, seorang nabi asing, yang menubuatkan kemenangan bangsa Israel (bdk Bil 22-24).

e. Kitab Ulangan
Kitab ini berisi kisah mengenai wejangan perpisahan Musa kepada bangsa Israel menjelang kematiannya (bdk Ul 1:1). Dalam wejangan ini, Musa menceritakan kembali (karena itu disebut “ulangan”) perjalanan bangsa Israel di padang gurun beserta semua peraturan yang diperintahkan Tuhan pada waktu itu, agar dapat dijadikan pedoman hidup oleh generasi selanjutnya (bdk Ul 32:44-47). Kitab ini sangat menonjolkan keistimewaan bangsa Israel dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain (bdk Ul 4-7-8; 7:7-8).

(Referensi: Njiolah, Hendrik, Mengenal Kitab Suci Perjanjian Lama & Perjanjian Baru, Pustaka Nusatama, Yogyakarta, 2001, hal. 9-12)


No comments:

Menurut Anda, apakah kaum awam perlu belajar Kitab Suci melalui kursus-kursus?

Powered By Blogger